Ubah Derita Lara Menjadi Suka Cita

Terlalu banyak hal-hal menakjubkan terkait dengan sedekah (Zakat, Infaq, Wakaf etc) bahkan beberapa di antaranya terdengar seperti sebuah dongeng atau pun cerita-cerita indah yang biasa dikisahkan kepada kita ketika masih belia.

Namun berbeda dengan kisah-kisah yang di buat untuk sebuah hiburan semata, kita tahu bahwa kisah-kisah ini benar terjadi adanya, pun terkadang kita berkhayal bahwa kita berada di posisi mereka, mendapatkan kemuliaan sebagaimana mereka dapatkan, mendapatkan kemudahan dan rahmat yang begitu melimpah, namun kita seolah menutup mata soal aksi dan reaksi, tentang hukum sebab dan akibat, bahwa di dunia ini tidak akan ada buah yang akan muncul dengan sendirinya tanpa ada bagian-bagian lain yang menyokong kehadirannya.

Sahabat… mereka yang ada dalam kisah-kisah menakjubkan itu sama seperti kita, memiliki darah merah yang sama pekat, membutuhkan oksigen sebagai penyokong utama fungsi organ-organ tubuh, juga hanya memiliki satu nyawa dan akan hilang begitu tiba masa yang di tentukan. Dibanding manusia pilihan, lebih tepat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah berhasil untuk memantaskan diri, memantaskan diri sebagai sosok yang mendapat kemuliaan, memantaskan diri untuk menjadi hamba yang selalu dirahmati, memantaskan diri dengan memberikan bukti.

“Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti nyata, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu.” (HR. Muslim 223)

Ditengah gempurnya pemberitaan media tentang gencarnya Musibah, Wabah, dan sentimen negatif lain yang mengisi beranda perangkat elektronik, kita seolah lupa dengan barbagai janji yang telah di berikan-Nya, bahkan jauh sebelum kita ada di dunia,

“Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (HR. Imam Baihaqi)

“Obatilah orang-orang yang sakit dari kalian dengan sedekah. Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Allah, dan menolak kematian yang buruk” (HR. Tirmidzi)

Banyak janji yang secara sadar kita abaikan, padahal lubuk hati kita menjerit dan berseru bahwa semua itu adalah BENAR.

Bersedekah dengan harta terasa berat ketika kita baru hendak memulainya. Lakukan dengan perlahan, bersedekah tidak harus dengan materi (walaupun bersedekah dengan materi adalah satu amalan terbaik), beristighfar, tersenyum, mendamaikan orang, dan banyak hal yang lain yang nanti, seiring dengan berjalannya waktu akan memudah kan langkah, serta melapangkan hati kita untuk memberikan sebagian dari apa yang sudah Allah titipkan kepada kita, di mana kebaikannya akan kembali kepada kita secara berlipat.

Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261)

Dengan-nya Allah mudahkan perkara kita di hari kemudian…

Dengan-nya Allah lapangkan hati kita dari berbagai pelik dan beratnya masalah…

Dengan-nya Allah berikan kesehatan, kebahagiaan, dan akhir kehidupan yang indah… Masih kah ada ragu yang berselimut dalam diri? Masing-masing dari kita lebih mengetahui.