Meraih Keutamaan Syaban

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rajab adalah bulannya Allah, Sya`ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Abu Bakar Al-Balkhi berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman”. Bulan Rajab adalah pembersihan badan, Sya’ban pembersihan hati, dan Ramadhan adalah pembersihan ruh. Para ahli hikmah mengatakan:
Artinya : “Bulan Rajab adalah bulan untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun) dari dosa-dosa, bulan Sya’ban untuk memperbaiki hati dari cela/keburukan, bulan Ramadhan untuk menerangi hati dan Lailatul Qadar sebagai media mendekat kepada Allah”.
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang dimana kita sebagai ummat Islam mempersiapkan diri dan pemanasan sebelum menghadapi di bulan Ramadhan. Sebagai bulannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menghadiahkan shalawat di bulan Sya’ban kepada junjungan kita Nabi paling mulia adalah sebuah kewajiban.
Dengan meninggikan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita mengikuti perintah Allah yang telah meninggikan nama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “warafa’na laka dzikrak”. Dengan perbanyak shalawat di bulan pemilik bulan tersebut, kita berharap Nabi Muhammad akan senang dengan kita, insyaAllah kita mendapatkan syafaatnya. Jika Nabi senang, maka insyaAllah Allah akan meridlai kita.
Ibnu Abi Shai al-Yamani dan Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah dan menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan shalawat karena pada bulan itulah ayat tentang perintah anjuran shalawat diturunkan. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin al-Qasthalani dalam AlMawahib-nya.
Di Sya’ban ini terjadi dua peristiwa penting yang menjadi perhatian para ulama. Pertama, peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban. Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan surat AlBaqarah ayat 144 dalam kitab Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.
Kedua, penyerahan catatan amal dimana pada bulan ini semua amal manusia diserahkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Momen ini kita kenal dengan Nisfu Sya’ban dan disebut salah satu hari raya malaikat, Imam al-Ghazali menjelaskan semua dosa selama setahun dihapus di malam tersebut. Nisfu Sya’ban disebut juga laylah al-Syafa’ah (malam syafaat) sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadis bahwa Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam memohon syafaat untuk umatnya kepada Allah pada malam ke tiga belas, malam keempat belas, dan malam kelima belas di bulan Sya’ban.