Namanya Bagas. Sejak usia 12 tahun ia sudah dititipkan di pesantren tahfidz Hidayatullah Bekasi. Bukan tanpa alasan, terlahir dari keluarga besar yang tidak mampu secara ekonomi, membuatnya kesulitan untuk melanjutkan pendidikan. Apalah daya, kebahagiaan kecilnya terenggut dengan meninggalnya sang Ayah dan Bunda yang alami kecelakaan saat mencari nafkah sebagai supir angkutan kota.
Dari sini, kisah Bagas berawal. Melihat semangatnya yang tinggi untuk belajar ditambah cita citanya ingin menjadi penghafal Al Quran. Maka, sang paman menitipkan Bagas di Pesantren. Dengan pertimbangan tidak adanya biaya yang mesti dikeluarkan, karena semua kebutuhan selama belajar sudah dipenuhi. Kondisi ini, juga terjadi pada sebagian para santri yang berada di pesantren.
“Alhamdulillah disini temen temenya asyik dan ustadnya baik baik semua, jadi Bagas betah di Pesantren ini. Kalaupun harus milih, Bagas tetap pengen di pesantren supaya bisa kasih mahkota buat Bunda kalau sudah hafal quran nanti” tutur Bagas
Bagas hanyalah salah satu kisah pilu para santri. Meski begitu, semangat para santri belajar dan menghafal tidaklah surut. Pesantren tanpa henti terus berupaya memenuhi kebutuhan para santri agar mereka tidak kekurangan logistik dan makanan.Mengandalkan Donatur
Ustad Furqon menjelaskan tak kurang dari 50 santri yang bermukim di pesantren ini, berlatar keluarga sederhana, selain gratis bagi santri seperti Bagas untuk kebutuhan bulanan diserahkan pada kemampuan masing masing keluarga, sehingga terkadang tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan harian.
Langkah yang ditempuh untuk memenuhi kekurangan setiap bulan adalah dengan mencari donatur yang bisa secara rutin, meski terkadang yang diterima tidak pasti jumlahnya. Namun, upaya ini meringankan beban pesantren untuk memenuhi pangan harian santri.
“Ya, kita memaklumi ekonomi keluarga santri sangatlah sederhana dan kita tidak mematok berapa yang mesti dikeluarkan setiap bulan. Maka, kami buat kesepakatan asal komitmen belajar dan didukung oleh keluarga maka kami beruasaha memenuhi kebutuhannya dan diantaranya mencari donatur” Ujar Ustad Furqon.
Baitul Wakaf berupaya mengatasi persoalan pangan di pesantren dengan mewujudkan program kemandirian pangan pesantren, program ini dalam bentuk pembebasan lahan sawah wakaf produktif yang berada diarea sekitar pesantren.
“Alhamdulillah, akhir tahun lalu Baitul Wakaf-BMH tahap awal menginisiasi pembebasan lahan sawah wakaf produktif 1 Ha dan ini sangat membantu kemandirian pangan dan semoga dilapangkan untuk pembebasan lahan selanjutnya, sehingga kami bisa fokus mengajar para santri” tuturnya menambahkan.