Pejuang Dakwah Dari Bumi Rafflesia

Dia bernama Awang Setiawan (24), santri-santrinya biasa memanggilnya Ustadz Awang. Mungkin nasibnya tidak sebaik kita tapi dedikasinya di jalan Allah akan membuat kita iri mendengarnya. Lahir dan dibesarkan di salah satu desa di Kabupaten Bengkulu Tengah. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya saat kelas 3 SD, Awang kecil mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju ke sekolah. Kondisinya kritis kala itu dan mengharuskan salah satu lengannya diamputasi.

Saat kesadarannya pulih, Awang kecil menangis sejadi-jadinya. Saat menyadari bahwa ia harus kehilangan lengan kanannya, yang membuatnya juga kehilangan semangat hidupnya. Bersyukur ia memiliki Ibu yang luar biasa yang sabar merawatnya dengan penuh cinta. Cinta Ibulah yang menguatkannya kembali untuk memiliki semangat hidup.

Hal ini pula yang membulatkan tekatnya. Berbekal ilmu agama yang ia dapat selama menempuh pendidikan di Surabaya, ia mendedikasikan hidupnya untuk menjadi guru dan dai secara sukarela bagi masyarakat pedalaman di kampung halamannya.

Dalam menjalani perjuangan dakwah dipedalaman selalu meninggalkan kisah yang menakjubkan, terlepas dari medan yang berat, seorang dai dituntut untuk ikhlas mewakafkan diri di jalan dakwah. Semua di jalani oleh  Ustadz Awang Setiawan, meski dengan keterbatasan fisik yang ada, namun tidak pernah membuatnya berkecil hati ataupun menyurutkan tekadnya untuk mengajarkan ilmu agama.

Menjadi guru dan dai bagi masyarakat pedalaman adalah jalan hidup yang ia pilih, ia malah memilih untuk kembali dan menetap di daerah pelosok bumi Raflesia. Menjadi guru dan dai secara sukarela untuk masyarakat disana. Sebuah pilihan yang tidak populer, namun bagi Ustadz Awang, ini adalah cara ia berterimakasih kepada Ibunda dan kesempatan hidup kedua yang Allah berikan kepadanya