Berbeda dengan beberapa negara yang sudah maju dalam mengelola wakaf, seperti Singapura yang telah merambah menjadi real estate, perkantoran dan beberapa negara timur tengah lainnya masuk pada sektor tekstil, pertanian, tower hingga perbankan
Indonesia merupakan negara dengan asset tanah wakaf yang sangat besar dan potensi wakaf uang juga tinggi, dalam rilis BWI (Badan Wakaf Indonesia) menyebutkan potensi wakaf uang mencapai 180 trilyun rupiah. Untuk mengoptimalkan potensi wakaf, LAZNAS BMH meluncurkan seminar Wakaf 4.0 sekaligus ditandainya launching Baitul Wakaf bertempat di Hotel Sofyan, Tebet. (02/05)
Hadir dalam agenda seminar ini selaku narasumber DR. Yuli Yasin, MA merupakan wakil ketua umum BWI yang memaparkan mengenai pengelolaan wakaf produktif di berbagai negara dan potensi aset wakaf di Indonesia sangat besar. Namun belum diikuti oleh pemahaman yang memadai sehingga wakaf di Indonesia belum memiliki kemanfaatan yang lebih luas.
“Indonesia merupakan negara yang memiliki asset wakaf yang sangat besar jika dibanding dengan banyak negara muslim lainnya. Namun, pemahaman masyarkat belum memadai, hanya ingin berwakaf dan mendapatkan pahala tapi tidak mutakhir pengetahuan tentang fiqh wakafnya. Padahal asset wakaf bisa dikembangkan secara produktif seperti real estate, ruko, perkantoran bahkan pemanfa’atan wakaf untuk pertanian sangat kecil presentasenya” Ujar Yuli memaparkan dalam presentasinya.
“Berbeda dengan dengan beberapa negara yang sudah maju dalam mengelola wakaf, seperti Singapura yang telah merambah menjadi real estate, perkantoran dan beberapa negara timur tengah lainnya masuk pada sektor tekstil, pertanian, tower hingga perbankan” imbuhnya menambahkan.
Sementara itu, Asih Subagyo selaku pembina Baitul Wakaf menuturkan, wakaf mesti menjadi gerakan yang masif dan integrasi dengan ekonomi umat. Semua mesti memiliki peran, mulai dari dai, pesantren dan sekolah agar menjadi sebuah gerakan.
“Kita perlu menggerakkan potensi semua lini, mulai dari ulama-ulama kita, dai dan lain sebagainya. Coba cek hari Jumat, ada berapa khotib yang khutbah tentang wakaf? Belum banyak. Maka, perlunya wakaf sekarang menjadi gerakan”
Peran Millenial
Peran millenial tidak bisa dipungkiri sangat penting, karena akan menentukan bagaimana Indonesia kedepan, maka perlunya memahami perilaku dan dunia yang mereka miliki dan melakukan edukasi lebih jauh mengenai wakaf.
“Setidaknya saat ini ada 63 juta millennial yang akan menentukan wajah Indonesia ke depan. Mereka ada di usia produktif. Ini adalah tantangan dan peluang bagi Indonesia untuk menembus status negara berpendapatan tinggi di 2045. Ada dimana dan apa peran mereka dalam gerakan wakaf saat ini dan kedepan? “ Ujar Bambang Dwicahyono selaku Chief Marketing & Philantrophy Officer Amanah Fintech Syariah.
“Bagaimana pendekatan yang efektif untuk edukasi wakaf perlu diupayakan. PR kita semua adalah stop marketing kepada millenial tapi mulailah mengajak mereka terlibat dalam marketing” Ujarnya menambahkan.
Baitul Wakaf sebagai nazhir wakaf telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dalam berwakaf sebagai upaya membangun edukasi berwakaf tidak mesti menunggu kaya dan mapan, tapi bisa dimulai dan dilakukan dimana saja.
“Wakaf adalah instrumen penting dalam membangun ekonomi umat, maka Baitul Wakaf bekerjasama dengan paltform fintech dan payment untuk memberikan akses kemudahan dalam berwakaf. Semoga semua bisa dan mudah menunaikan wakaf, jadi ngga perlu repot” ujarnya saat presentasi menyampaikan.